- Musik keroncong merupakan genre musik yang lahir dari perpaduan budaya Barat serta Timur. Genre musik ini cukup digemari oleh masyarakat Indonesia. Awal mula kepopuleran musik keroncong adalah pada awal abad ke-20. Saat itu belum ada metode perekaman musik atau industri rekaman. Dilansir dari situs walau industri rekaman belum muncul namun saa itu musik keroncong populer lewat berbagai pentas yang musik keroncong kala itu sangat menarik perhatian masyarakat dari berbagai kalangan untuk membeli tiket dan menonton pertunjukannya. Saat itu musik keroncong lebih dikenal sebagai tradisi musik rakyat dari Kampung Tugu. Karena disesuaikan dengan lokasi penemuannya, yakni di Kampung Tugu. Pada awal penemuannya, musik keroncong menjadi primadona masyarakat peranakan Indo-Eropa kelas bawah. Musik yang dibawakan dengan gitar besar, gitar kecil, seruling, piul, dan rebana berhasil memikat hati mereka. Baca juga Sejarah Musik Dangdut Wikimedia Commons Lukisan yang menggambarkan keluarga Mardjiker. Mardjiker adalah kelompok etnis dari wilayah jajahan Portugis yang dibawa ke Mestizos ke Betawi Konon katanya musik keroncong pertama kali dibawa oleh orang Mestizos ke Tanah Betawi, pada 1661. Siapakah orang Mestizos? Mestizos merupakan orang yang memiliki keturunan pelaut Portugis yang akhirnya menikah dengan penduduk lokal dan menjadi Mestizos kala itu membuat tradisi musik khas yang membuat mereka bernostalgia tentang keseharian, kesulitan serta kebahagiaan mereka. Kreativitas warga Kampung Tugu saat membuat tradisi musik khas, akhirnya menciptakan tiga jenis gitar yang diberi nama Jitera, Prunga serta Macina. Jitera adalah sebutan untuk gitar yang besar, Prunga sebutan untuk gitar yang sedang serta Macina sebutan untuk gitar yang kecil. Ketika memainkan ketiga gitar tersebut akan muncul suara 'krong-krong' serta 'crong-crong'. Bunyi gitar inilah yang menjadi awal mula penamaan musik keroncong. Baca juga Sejarah Musik Gambang Kromong Tradisi musik khas dan penciptaan tiga alat musik ini memunculkan pertunjukan ansambel yang menjadi cikal bakal lahirnya musik keroncong, yang saat itu dinamai Krontjong Toegoe. Mengutip dari situs Dewan Kesenian Jakarta, musik keroncong mulai disebarkan pada abad ke-20, dari Batavia hingga ke Soerabaja atau Surabaya. Musik keroncong saat itu digunakan sebagai lagu pengiring dalam pentas teater komedi yang membawakan kisah dari Timur Tengah. Hingga saat ini, musik keroncong tetap menjadi primadona masyarakat Indonesia dan masih terus diminati. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
metalhomes florida; how to make your arms thinner without exercise; round white pill zpl 5; what did muhammad ali do; crash test dummy slow motion; keno 603 live Bercampurnya musik keroncong menjadikannya seni campuran, dengan alat-alat utama seperti sitar India, rebab, suling bambu, gendang, kenong, dan saron sebagai satu set gamelan gong. Seiring perkembangan zaman, bertambah pula alat musik lain seperti Ukulele cuk, berdawai 3 nilon, urutan nadanya adalah G, B dan E; sebagai alat musik utama yang menyuarakan crong - crong sehingga disebut keroncong ditemukan tahun 1879 di Hawai, dan merupakan awal tonggak mulainya musik keroncong Ukulele cak, berdawai 4 baja, urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F dikenal dengan sebutan in F; Gitar akustik sebagai gitar melodi, dimainkan dengan gaya kontrapuntis anti melodi; Biola menggantikan Rebab; sejak dibuat oleh Amati atau Stradivarius dari Cremona Itali sekitar tahun 1600 tidak pernah berubah modelnya hingga sekarang; Flute mengantikan Suling Bambu, pada Era Tempo Doeloe memakai Suling Albert suling kayu hitam dengan lubang dan klep, suara agak patah-patah, contoh orkes Lief Java, sedangkan pada Era Keroncong Abadi telah memakai Suling Bohm suling metal semua dengan klep, suara lebih halus dengan ornamen nada yang indah, contoh flutis Sunarno dari Solo atau Beny Waluyo dari Jakarta; Selo; betot menggantikan kendang, juga tidak pernah berubah sejak dibuat oleh Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600, hanya saja dalam keroncong dimainkan secara khas dipetik/pizzicato; Kontrabas menggantikan Gong, juga bas yang dipetik, tidak pernah berubah sejak Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600 membuatnya. Penjaga irama dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar yang kontrapuntis dan selo yang ritmis mengatur peralihan akord. Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan/ornamen bawah. Flut mengisi hiasan atas, yang melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong. Bentuk keroncong yang dicampur dengan musik populer sekarang menggunakan organ tunggal serta synthesizer untuk mengiringi lagu keroncong di pentas pesta organ tunggal yang serba bisa main keroncong, dangdut, rock, polka, mars. Unik, bukan? Keroncong bisa dibilang merupakan satuan genre musik. Namun nyatanya, ia memiliki turunan yang dapat kita jabarkan satu per satu agar dapat dirinci dan diterawang lebih jelas. Apa saja macamnya?Berlanjut di artikel berikutnya friends… *Diolah dari berbagai sumber Foto net DCDC MUSIC CHART - 4th Week Of May 2023 time 2 weeks ago icon/eye 193 comment 0 Load More spinnerAlatMusik gambang kromong. Sesuai dengan namanya, kesenian gambang kromong menggunakan dua buah alat musik utama berupa gambang dan seperangkat kromong. Keduanya selalu disertai oleh instrumen atau alat musik lain sebagai pelengkap. Contoh alat musik gambang kromong yaitu su-kong, teh-hian, kong-a-hian, bangsing (seruling), gong, gendang
Musik keroncong adalah salah satu dari musik khas Indonesia. Ternyata setelah ditelusuri, jenis musik ini memiliki asal usul yang cukup panjang dan unik. Bagaimana sejarah keroncong serta cara untuk memainkannya? Keroncong sendiri adalah perpaduan antara musik daerah dan musik kolonial di zaman penjajahan Portugis dan Belanda. Iring-iringan musik keroncong menggunakan beberapa jenis alat musik, yaitu instrumen musik dawai, flute, dan vokal. Salah satu instrumen keroncong yang khas adalah ukulele atau gitar kecil dengan bunyi yang nyaring. Artikel Terkait 5 Alasan Mengapa Si Kecil Perlu Dikenalkan dengan Musik Sejak Dini Sumber Berita Beta Melansir dari Cultura, asal usul musik keroncong bermula dari musik yang dibawa oleh pelaut dan budak kapal dari Portugis. Pada awalnya, jenis musik ini bernama Fado dan masuk ke Indonesia lewat Malaka pada akhir masa penjajahan Portugis sekitar tahun 1512. Musik ini menyebar dengan cepat di kalangan para budak di Malaka hingga akhirnya menyebar ke seluruh Indonesia. Sayangnya popularitasnya meredup seiring dengan berkembangnya kultur musik populer seperti pop dan rock. Seiring berjalannya waktu, musik Fado pun mulai mengalami berbagai perubahan hingga akhirnya alat musik yang digunakannya makin kental dengan budaya Indonesia, yaitu rebab, suling bambu, dan gamelan. Penyebarannya berpusat dari Kampung Tugu di Batavia, di mana terdapat banyak orang-orang Meztizos, yaitu keturunan pelaut-pelaut Portugis yang menikah dengan penduduk lokal. Orang-orang Kampung Tugu di Batavia menciptakan tiga jenis gitar dalam musik tradisionalnya, yaitu Jitera yang paling besar, Prunga yang sedang, dan Macina yang paling kecil. Bunyi yang terdengar dari ketiga gitar ini adalah krong-krong’ dan cong-cong’, sehingga menjadi asal muasal nama keroncong. Jenis musik ini mulai populer dan dikenal masyarakat luas pada awal abad 20-an. Sebelumnya, keroncong populer melalui pentas dari panggung ke panggung, karena pada saat itu industri rekaman masih belum berkembang sepenuhnya. Secara komersial, musik keroncong dapat dinikmati lewat piringan hitam. Musik ini populer di kalangan peranakan Indo-Eropa kelas bawah dan banyak dipentaskan di kota-kota besar Hindia Belanda. Pakar keroncong Sunarto Joyopuspito menyebut musik keroncong sudah melewati 4 fase perubahan sejak tahun 1880, yaitu keroncong tempo doeloe 1880-1920, keroncong abadi 1920-1960, keroncong modern 1920-2000 dan keroncong millennium 2000-saat ini. Keroncong juga diadaptasi dalam berbagai bentuk, misalnya Langgam Jawa yang kemudian berkembang menjadi Campursari, Keroncong Koes-Plus yang berirama rock, dan Keroncong Dangdut atau Congdut. Artikel Terkait 3 Cara Menstimulasi Bayi dengan Musik, Parents Perlu Tahu Cara Memainkan Musik Keroncong Sumber BBC Seperti dikutip dari saat ini dalam keroncong terdapat beberapa jenis alat musik pengiringnya yaitu sebagai berikut. Ukulele cuk dengan 3 dawai nilon yang mengeluarkan suara crong-crong’ Ukulele cak dengan 4 dawai baja Gitar akustik Biola yang menggantikan rebab Flute yang menggantikan suling bambu Cello yang menggantikan kendang Kontrabas yang menggantikan gong Dalam musik keroncong gitar yang dimainkan secara kontrapuntis dan cello yang ritmis akan mengatur peralihan akord, sementara biola menuntun melodi dan berperan sebagai ornament bawah. Permainan flute akan mengisi ornament atas mengisi ruang melodi yang kosong dan iramanya dijaga oleh ukulele dan bass. Bentuk keroncong dewasa ini seringkali dicampur dengan musik populer seperti organ tunggal dan synthesizer. Artikel Terkait Manfaat mendengarkan musik untuk tingkatkan efektivitas belajar Tokoh dan Contoh Lagu Keroncong Sumber Portal Informasi Indonesia Di Indonesia sendiri ada banyak tokoh-tokoh keroncong yang terkenal, contohnya adalah Gesang Martohartono Waldjinah Hetty Koes Endang Andjar Any Manthous R. Pirngadie Hingga kini lagu-lagu keroncong masih seringkali dinyanyikan dan akrab di telinga kita. Lagu keroncong sarat akan nilai-nilai filosofi dan karakter bangsa. Buktinya banyak lagu-lagu keroncong dengan tema semangat perjuangan dan cinta tanah air. Inilah beberapa contoh-contoh musik keroncong yang populer. Bengawan Solo Dewi Murni Di Bawah Sinar Purnama Kota Solo Aryati Mengapa Harus Jumpa Bunga Sakura Bandar Jakarta Apakah Parents masih sering mendengarkan musik keroncong? Yuk kenalkan generasi penerus kita dengan musik tradisional Indonesia ini agar tidak tergerus zaman dan tidak kalah dengan jenis musik populer lainnya. Baca Juga Tips Memilih Kursus Musik Untuk Anak Bagaimana Sesungguhnya Pengaruh Musik Klasik Untuk Bayi? Mengenal Alat Musik Tradisional Gambang, Instrumen Utama Kesenian Gambang Kromong Khas Betawi Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.Lisbijanto 2013: 19. Musik keroncong seringkali bekolaborasi dengan jenis musi rock, musik dangdut, musik rap, bahkan dengan musik mandarin dan yang lainya. Musik keroncong saat ini sudah megalami banyak perkembangan, baik dari irama musik, tema lagu maupun alat musik yang mengirinya. Walaupun masih berpegang pada patokan musik keroncong
Dalam bentuknya yang paling awal, moresco diiringi oleh musik dawai, seperti biola, ukulele, serta selo. Perkusi juga kadang-kadang dipakai. Set orkes semacam ini masih dipakai oleh keroncong Tugu, bentuk keroncong yang masih dimainkan oleh komunitas keturunan budak Portugis dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu, Jakarta Utara, yang kemudian berkembang ke arah selatan di Kemayoran dan Gambir oleh orang Betawi berbaur dengan musik Tanjidor tahun 1880-1920. Tahun 1920-1960 pusat perkembangan pindah ke Solo, dan beradaptasi dengan irama yang lebih lambat sesuai sifat orang Jawa. Pem-"pribumi"-an keroncong menjadikannya seni campuran, dengan alat-alat musik seperti sitar India rebab suling bambu gendang, kenong, dan saron sebagai satu set gamelan gong. Saat ini, alat musik yang dipakai dalam orkes keroncong mencakup ukulele cuk, berdawai 3 nilon, urutan nadanya adalah G, B dan E; sebagai alat musik utama yang menyuarakan crong - crongsehingga disebut keroncong ditemukan tahun 1879 di Hawai, dan merupakan awal tonggak mulainya musik keroncong ukulele cak, berdawai 4 baja, urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F dikenal dengan sebutan in F; gitar akustik sebagai gitar melodi, dimainkan dengan gaya kontrapuntis anti melodi; biola menggantikan Rebab; sejak dibuat oleh Amati atau Stradivarius dari Cremona Itali sekitar tahun 1600 tidak pernah berubah modelnya hingga sekarang; flute mengantikan Suling Bambu, pada Era Tempo Doeloe memakai Suling Albert suling kayu hitam dengan lubang dan klep, suara agak patah-patah, contoh orkes Lief Java, sedangkan pada Era Keroncong Abadi telah memakai Suling Bohm suling metal semua dengan klep, suara lebih halus dengan ornamen nada yang indah, contoh flutis Sunarno dari Solo atau Beny Waluyo dari Jakarta; selo; betot menggantikan kendang, juga tidak pernah berubah sejak dibuat oleh Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600, hanya saja dalam keroncong dimainkan secara khas dipetik/pizzicato; kontrabas menggantikan Gong, juga bas yang dipetik, tidak pernah berubah sejak Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600membuatnya; Penjaga irama dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar yang kontrapuntis dan selo yang ritmis mengatur peralihan akord. Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan/ornamen bawah. Flut mengisi hiasan atas, yang melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong. Bentuk keroncong yang dicampur dengan musik populer sekarang menggunakan organ tunggal serta synthesizer untuk mengiringi lagu keroncong di pentas pesta organ tunggal yang serba bisa main keroncong, dangdut, rock, polka, mars. Sumber Wikipedia Posted in Artikel . Bookmark the permalink. RSS feed for this post.Biolamerupakan salah satu alat musik gesek yang dipakai dalam musik keroncong, yang berperan sebagai melodi lagu pokok maupun melodi filler. Biola yang dipakai pada musik keroncong menggunakan stem nada yaitu : g - d¹ - a¹ - nada e² terletak di senar nomor satu, pada nada a¹ di hosnihasan hosnihasan Sitar india,rebab,suling bambu,gendang kenon dan saron sebagai satu set gamelan ,gong biola flutr Iklan Iklan reginamutiara1 reginamutiara1 Ukulele cuk berdawai 3ukulele cak berdawai 4gitar akustikbiolamenggantikan rebabflutemenggantikan suling bambuselomenggantikan kendangkontrabasmenggantikan gong Iklan Iklan
Keroncong merupakan nama dari instrumen musik sejenis ukulele dan juga sebagai nama dari jenis musik khas Indonesia yang menggunakan instrumen musik keroncong, flute, dan seorang penyanyi wanita. Asal-usul Akar keroncong berasal dari sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado yang diperkenalkan oleh para pelaut dan budak kapal niaga bangsa itu sejak abad ke-16 ke Nusantara. Dari daratan India Goa masuklah musik ini pertama kali di Malaka dan kemudian dimainkan oleh para budak dari Maluku. Melemahnya pengaruh Portugis pada abad ke-17 di Nusantara tidak dengan serta-merta berarti hilang pula musik ini. Bentuk awal musik ini disebut moresco sebuah tarian asal Spanyol, seperti polka agak lamban ritmenya, di mana salah satu lagu oleh Kusbini disusun kembali kini dikenal dengan nama Kr. Muritsku, yang diiringi oleh alat musik dawai. Musik keroncong yang berasal dari Tugu disebut keroncong Tugu. Dalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur tradisional Nusantara, seperti penggunaan seruling serta beberapa komponen gamelan. Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik campuran ini sudah populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung Malaya. Masa keemasan ini berlanjut hingga sekitar tahun 1960-an, dan kemudian meredup akibat masuknya gelombang musik populer musik rock yang berkembang sejak 1950, dan berjayanya musik Beatle dan sejenisnya sejak tahun 1961 hingga sekarang. Meskipun demikian, musik keroncong masih tetap dimainkan dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia dan Malaysia hingga sekarang. Fado, Gereja Protestan dan Musik Keroncong Seperti diketahui bahwa Musik Keroncong [1] masuk ke Indonesia sekitar tahun 1512, yaitu pada waktu Ekspedisi Portugis pimpinan Alfonso de Albuquerque datang ke Malaka dan Maluku tahun 1512. Tentu saja para pelaut Portugis membawa lagu jenis Fado, yaitu lagu rakyat Portugis bernada Arab tangga nada minor, karena orang Moor Arab pernah menjajah Portugis/Spanyol tahun 711 – 1492. Lagu jenis Fado masih ada di Amerika Latin bekas jajahan Spanyol, seperti yang dinyanyikan Trio Los Panchos atau Los Paraguayos, atau juga lagu di Sumatera Barat budaya Arab seperti Ayam Den Lapeh. Pada waktu tawanan Portugis dan budak asal Goa India di Kampung Tugu dibebaskan pada tahun 1661 oleh Pemerintah Hindia Belanda VOC, mereka diharuskan pindah agama dari Katholik menjadi Protestan, sehingga kebiasaan menyanyikan lagu Fado menjadi harus bernyanyi seperti dalam Gereja Protestan, yang pada tangga nada mayor. Selanjutnya pada tahun 1880 Musik Keroncong lahir, dan awal ini Musik Keroncong juga dipengaruhi lagu Hawai yang dalam tangga nada mayor, yang juga berkembang pesat di Indonesia bersamaan dengan Musik Keroncong lihat Musik Suku Ambon atau The Hawaian Seniors pimpinan Jenderal Polisi Hugeng. Alat-alat musik Dalam bentuknya yang paling awal, moresco diiringi oleh musik dawai, seperti biola, ukulele, serta selo. Perkusi juga kadang-kadang dipakai. Set orkes semacam ini masih dipakai oleh keroncong Tugu, bentuk keroncong yang masih dimainkan oleh komunitas keturunan budak Portugis dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu, Jakarta Utara, yang kemudian berkembang ke arah selatan di Kemayoran dan Gambir oleh orang Betawi berbaur dengan musik Tanjidor tahun 1880-1920. Tahun 1920-1960 pusat perkembangan pindah ke Solo, dan beradaptasi dengan irama yang lebih lambat sesuai sifat orang Jawa. Pem-“pribumi”-an keroncong menjadikannya seni campuran, dengan alat-alat musik seperti sitar India rebab suling bambu gendang, kenong, dan saron sebagai satu set gamelan gong. Saat ini, alat musik yang dipakai dalam orkes keroncong mencakup ukulele cuk, berdawai 3 nilon, urutan nadanya adalah G, B dan E; sebagai alat musik utama yang menyuarakan crong – crong sehingga disebut keroncong ditemukan tahun 1879 di Hawai, dan merupakan awal tonggak mulainya musik keroncong ukulele cak, berdawai 4 baja, urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F dikenal dengan sebutan in F; gitar akustik sebagai gitar melodi, dimainkan dengan gaya kontrapuntis anti melodi; biola menggantikan Rebab; sejak dibuat oleh Amati atau Stradivarius dari Cremona Itali sekitar tahun 1600 tidak pernah berubah modelnya hingga sekarang; flute mengantikan Suling Bambu, pada Era Tempo Doeloe memakai Suling Albert suling kayu hitam dengan lubang dan klep, suara agak patah-patah, contoh orkes Lief Java, sedangkan pada Era Keroncong Abadi telah memakai Suling Bohm suling metal semua dengan klep, suara lebih halus dengan ornamen nada yang indah, contoh flutis Sunarno dari Solo atau Beny Waluyo dari Jakarta; selo; betot menggantikan kendang, juga tidak pernah berubah sejak dibuat oleh Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600, hanya saja dalam keroncong dimainkan secara khas dipetik/pizzicato; kontrabas menggantikan Gong, juga bas yang dipetik, tidak pernah berubah sejak Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600 membuatnya; Penjaga irama dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar yang kontrapuntis dan selo yang ritmis mengatur peralihan akord. Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan/ornamen bawah. Flut mengisi hiasan atas, yang melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong. Bentuk keroncong yang dicampur dengan musik populer sekarang menggunakan organ tunggal serta synthesizer untuk mengiringi lagu keroncong di pentas pesta organ tunggal yang serba bisa main keroncong, dangdut, rock, polka, mars. Jenis keroncong Musik keroncong lebih condong pada progresi akord dan jenis alat yang digunakan. Sejak pertengahan abad ke-20 telah dikenal paling tidak tiga macam keroncong, yang dapat dikenali dari pola progresi akordnya. Bagi pemusik yang sudah memahami alurnya, mengiringi lagu-lagu keroncong sebenarnya tidaklah susah, sebab cukup menyesuaikan pola yang berlaku. Pengembangan dilakukan dengan menjaga konsistensi pola tersebut. Selain itu, terdapat pula bentuk-bentuk campuran serta adaptasi. Perkembangan musik keroncong masa kini Setelah mengalami evolusi yang panjang sejak kedatangan orang Portugis di Indonesia 1522 dan pemukiman para budak di daerah Kampung Tugu tahun 1661 [2] [3], dan ini merupakan masa evolusi awal musik keroncong yang panjang 1661-1880, hampir dua abad lamanya, namun belum memperlihatkan identitas keroncong yang sebenarnya dengan suara crong-crong-crong, sehingga boleh dikatakan musik keroncong belum lahir tahun 1661-1880. Dan akhirnya musik keroncong mengalami masa evolusi pendek terakhir sejak tahun 1880 hingga kini, dengan tiga tahap perkembangan terakhir yang sudah berlangsung dan satu perkiraan perkembangan baru keroncong millenium. Tonggak awal adalah pada tahun 1879 [4], di saat penemuan ukulele di Hawai [5] yang segera menjadi alat musik utama dalam keroncong suara ukulele crong-crong-crong, sedangkan awal keroncong millenium sudah ada tanda-tandanya, namun belum berkembang Bondan Prakoso. Empat tahap masa perkembangan tersebut adalah[6] a Masa keroncong tempo doeloe 1880-1920, b Masa keroncong abadi 1920-1960, dan c Masa keroncong modern 1960-2000, serta d Masa keroncong millenium 2000-kini Masa keroncong tempo doeloe 1880-1920 Ukulele ditemukan pada tahun 1879 di Hawaii, sehingga diperkirakan pada tahun berikutnya Keroncong baru menjelma pada tahun 1880, di daerah Tugu kemudian menyebar ke selatan daerah Kemayoran dan Gambir lihat ada lagu Kemayoran dan Pasar Gambir, sekitar tahun 1913. Komedie Stamboel 1891-1903 lahir di Kota Pelabuhan Surabaya tahun 1891, berupa Pentas Gaya Instanbul, yang mengadakan pertunjukan keliling di Hindia Belanda, Singapura, dan Malaya lewat jalur kereta api maupun kapal api. Pada umumnya pertunjukan meliputi Cerita 1001 Malam Arab dan Cerita Eropa Opera maupun Rakyat, termasuk Hikayat India dan Persia. Sebagai selingan, antar adegan maupun pembukaan, diperdengarkan musik mars, polka, gambus, dan keroncong. Khusus musik keroncong dikenal pada waktu itu Stambul I, Stambul II, dan Stambul III. Pada waktu itu lagu Stambul berirama cepat sekitar meter 120 untuk satu ketuk seperempat nada, di mana Warga Kampung Tugu maupun Kusbini menyebut sebagai Keroncong Portugis, sedangkan Gesang menyebut sebagai Keroncong Cepat, dan berbaur dengan Tanjidor yang asli Betawi. Pada masa ini dikenal para musisi Indo, dan pemain biola legendaris adalah M. Sagi perhatikan rekaman Idris Sardi main biola lagu Stambul II Jali-jali berdasarkan aransemen dari M. Sagi. Seperti diketahui bahwa panjang lagu stambul adalah 16 birama, yang terdiri atas Stambul I Lagu ini misalnya Terang Bulan, Potong Padi, Nina Bobo, Sarinande, O Ina Ni Keke, Bolelebo, dll. dengan struktur bentuk A – B – A – B atau A – B – C – D 16 birama I , , , , , , , , , , , V7, , , , , , , , , , , , , , , I , , , I7, , , IV, , , , , V7, I , , , , , , , V7, , , , , , , I , , , Stambul II Lagu ini misalnya Si Jampang, Jali-Jali, di mana masuk pada Akord IV sebagai ciri Stambul II dengan struktur A – B – A – C 16 birama I . . . . . . . . . . . IV, , , tanda . artinya tacet , , , , , , , , , , V7, I , , , , , , , , , , , , , , , V7, , , , , , , , , , , , , , , I , , , Stambul III Lagu ini misalnya Kemayoran, di mana mirip dengan Keroncong A sli sehingga sering salah diucapkan dengan Kr. Kemayoran, yang seharusnya Stambul III Kemayoran, dengan struktur Prelude – A – Interlude – B – C 16 birama PrI , , , , , , , Prelude 2 birama A1, , , , , , , , A2II, , ,V7, , , Modulasi 2 birama In, , , , IV, , , Interlude 2 birama B1, , , , I , , , B2V7, , , I , , , C1, , , , , , , , C2V7, , , I , , , Musiq Losquin Bugis Dari periode tempo doeloe ini lahir pula di Makassar bentuk keroncong khas yang dikenal sebagai musiq losquin Bugis, misalnya lagu Ongkona Arumpone yang dinyanyikan oleh Sukaenah B. Salamaki. Irama keroncong ini, tanpa seruling-biola-cello, tapi dengan melodi guitar yang kental, mirip seperti gaya Tjoh de Fretes dari Ambon. Kalau kita hubungkan kesemua ini, maka ada garis kesamaan dengan Orkes Keroncong Cafrino Tugu Kr. Pasar Gambir – Orkes Keroncong Lief Java Kr. Kali Brantas – Losquin Bugis Ongkona Arumpone – Orkes Hawaian Tjoh de Fretes Pulau Ambon, yaitu gaya era tempo doeloe dengan irama yang cepat sudah dengan kendangan cello dan dengan guitar melodi yang kental. Masa keroncong abadi 1920-1960 Pada masa ini panjang lagu telah berubah menjadi 32 birama, akibat pengaruh musik pop Amerika yang melanda lantai dansa Hotel2 di Indonesia pada waktu itu, dengan musisi didominasi dari Filipina spt Pablo, Sambayon, dll, dan berakibat juga lagu pada waktu itu telah 32 birama juga, perhatikan lagu Indonesia Raya diciptakan tahun 1924 pada waktu itu juga sudah 32 birama. Selanjutnya pusat perkembangan beralih ke timur mengikuti jaringan kereta api melalui Solo dan iramanya juga lebih lamban sekitar 80 untuk seperempat nada dengan kendangan cello mirip kendangan gamelan, dan permainan gitar melodi mirip alunan siter musik gamelan yang kontrapuntis. Masa ini lahir para musisi Solo, seperti Gesang dan penyanyi legendaris Annie Landouw. Lagu Keroncong Abadi terdiri atas Langgam Keroncong, Stambul Keroncong, dan Keroncong Asli. Langgam Keroncong Bentuk lagu langgam ada dua versi. Yang pertama A – A – B – A dengan pengulangan dari bagian A kedua seperti lagu standar pop Verse A – Verse A – Bridge B – Verse A, panjang 32 birama. Beda sedikit pada versi kedua, yakni pengulangannya langsung pada bagian B. Meski sudah memiliki bentuk baku, namun pada perkembangannya irama ini lebih bebas diekspresikan. Penyanyi serba bisa Hetty Koes Endang misalnya, dia sering merekam lagu-lagu non keroncong dan langgam menggunakan irama yang sama, dan kebanyakan tetap dinamakan langgam. Alur akord-nya sebagai berikut Verse A V7 , , , I , , , IV , V7 , I , , , I , , , V7 , , , V7 , , , I , , , Verse A V7 , , , I , , , IV , V7 , I , , , I , , , V7 , , , V7 , , , I , , , Bridge B I7 , , , IV , , , IV , V , I , , , I , , , II , , , II , , , V , , , Verse A V7 , , , I , , , IV , V7 , I , , , I , , , V7 , , , V7 , , , I , , , Stambul Keroncong Stambul Keroncong berbentuk A-B-A-B’ x 2 = 16 birama x 2 = 32 birama, merupakan modifikasi Stambul II yang 16 birama menjadi 32 birama menyesuaikan standar Keroncong Abadi yang 32 birama. Stambul merupakan jenis keroncong yang namanya diambil dari bentuk sandiwara yang dikenal pada akhir abad ke-19 hingga paruh awal abad ke-20 di Indonesia dengan nama Komedi stambul. Nama “stambul” diambil dari Istambul di Turki. Alur akord Stambul Keroncong adalah sbb. tanda – adalah tacet atau iringan tidak dibunyikan I – – – – – – – – – – – IV , , , dibuka dg broken chord I utk mencari nada IV , , , IV , , , IV , V ,I , , , I , , , I , , , I , , , V , , , V , , , V , , , V , , , I , , , I , , , I , , , I , , , IV , , , 16 birama ini pengulangan dari 16 birama pertama atau sama IV , , , IV , , , IV , V , I , , , I , , , I , , , I , , , V , , , V , , , V , , , V , , , I , , , Keroncong Asli Keroncong asli memiliki bentuk lagu A – B – B’. Lagu terdiri atas 8 baris, 8 baris x 4 birama = 32 birama, di mana dibuka dengan PRELUDE 4 birama yang dimainkan secara instrumental, kemudian disisipi INTERLUDE standar sebanyak 4 birama yang dimainkan secara instrumental juga. Keroncong asli diawali oleh voorspel atau prelude, atau intro yang diambil dari baris 7 B3 mengarah ke nada/akord awal lagu, yang dilakukan oleh alat musik melodi seperti seruling/flut, biola, atau gitar; dan tussenspel atau interlude atau intermezzo di tengah-tengah setelah modulasi/modulatie/modulation yang standar untuk semua keroncong asli Alur akordnya seperti tersusun di bawah ini Pr V , , , I , I7 , IV , V7 , I , , , Prelude 4 birama diambil dari baris ke-7 B3 A1 I , , , I , , , V , , , V , , , A2 II , , , II , , , V , , , Modulasi merupakan ciri keroncong asli sebanyak 4 birama In V , , , V , , , V , , , IV , , , Interlude 4 birama untuk semua lagu menjadi standar B1 IV , , , IV , , ,V7 , , , I , , , B2 I , , , V7 , , , V7 , , , I , I7 , B3 IV , V7 , I , I7 , IV , V7 , I , , , B2 I , , , V7 , , , V7 , , , I , , , Kadensa Keroncong Dalam Teori Musik Klasik dikenal 4 empat jenis Kadensa, di mana Kadensa adalah suatu rangkaian harmoni sebagai penutup pada akhir melodi atau di tengah kalimat, sehingga bisa menutup sempurna melodi tersebut atau setengah menutup sementara melodi tersebut. Sedangkan Tierce de Picardy boleh dimasukan dalam Kadensa, dan pada Masa Keroncong Abadi tercipta satu Kadensa baru, disebut Kadensa Keroncong dengan rangkaian penutup I-I7-IV-V7-I. Kadensa dengan rangkaian V7-I disebut sebagai Kadensa Sempurna, karena sempurna menutup rangkaian tersebut dan terasa berhenti sempurna. Tetapi kalau akord X-V7 menjadi akhir rangaian, maka disebut Kadensa Tidak Sempurna atau Setengah Kadensa, misalnya rangkaian Super Tonik – Dominan Septim. Kalau rangkaian harmoni diakhiri pada X-VI, maka disebut Kadensa Terputus, misalnya Doninan Septim – Submedian. Dalam rangkaian IV-I disebut Kadensa Plagal, mempunyai sifat sendu seperti kalau kita mengucap “Amin” dalam salat. Lagu kunci minor ditutup pada kunci mayor, disebut Tierce de Piecardy, jadi sebenarnya bukan kadensa, namun biasanya dipakai dalam akhir lagu Kadensa Keroncong, khusus dikembangkan dalam musik keroncong, yaitu rangkaian harmoni I7-IV-V7-I Ismail Marzuki 1914-1958 Komponis Ismail Marzuki termasuk hidup dalam Era Keroncong Abadi, namun lagu-lagunya sangat modern pada zamannya, misalnya Sepasang Mata Bola ditulis dalam kunci minor sehingga dapat dinyanyikan dengan iringan keroncong seperti keroncong beat 1958. Gambang Keromong Gambang Keromong adalah salah satu gaya keroncong yang dikembangkan oleh Etnis Tionghoa gambang adalah alat musik bilah kayu seperti marimba, sedangkan keromong adalah istilah lain dari kempul yang dikembangkan sekitar tahun 1922 di Kemayoran Jakarta tanjidor, namun kemudian berkembang di Semarang sekitar tahun 1949 ingat lagu Gambang Semarang – Oey Yok Siang. Sebenarnya Gambang Keromong yang lahir di Masa Keroncong Abadi 1920-1960 adalah cikal bakal Campursari yang lahir pada Masa Keroncong Modern. Masa Keemasan The Golden Age. Pada tahun 1952, Radio Republik Indonesia RRI menyelenggarakan perlombaan Bintang Radio dengan 3 jenis, Keroncong, Hiburan dan Seriosa. Di sanmping itu juga dilombakan mencipta lagu keroncong, salah satu pememnag adalah Musisi Kusbini dengan lagu Keroncong Pastoral. Pada masa akhir dari Keroncong Abadi 1920-1960 ini merupakan Masa Keemasan Golden Age bagi musik keroncong. Masa keroncong modern 1960-2000 Perkembangan keroncong masih di daerah Solo dan sekitarnya, namun muncul berbagai gaya baru yang berbeda dengan Masa Keroncong Abadi termasuk musisinya, dan merupakan pembaruan sesuai dengan lingkungannya. Mulai Masa keroncong modern 1960-2000 semua aturan baku pakem Musik Keroncong tidak berlaku, karena mengikuti aturan baku pakem Musik Pop yang berlaku universal, misalnya tangga nada minor, moda pentatonis Jawa/Cina, rangkaian harmoni diatonik dan kromatik, akord disonan, sifat politonal atau atonal pada campursari, tidak megenal lagi pakem bentuk keroncong asli atau stambul, ada irama nuansa dangdut congdut, mulai tahun 1998 musik rap mulai masuk Bondan Prakoso, dlsb. Langgam Jawa Bentuk adaptasi keroncong terhadap tradisi musik gamelan dikenal sebagai langgam Jawa, yang berbeda dari langgam yang dimaksud di sini. Langgam Jawa memiliki ciri khusus pada penambahan instrumen antara lain siter, kendang bisa diwakili dengan modifikasi permainan cello ala kendang, saron, dan adanya bawa atau suluk berupa introduksi vokal tanpa instrumen untuk membuka sebelum irama dimulai secara utuh. Tahun 1968 Langgam Jawa berkembang menjadi Campursari. Umumnya mempunyai struktur lagu pop yaitu A – A – B – A atau juga A – B – C – D dangan jumlah 32 birama. Lagu Langgam Jawa yang terkenal pada tahun 1958 adalah ciptaan Anjar Any 1936-2008 Yen Ing Tawang Ana Lintang Tawang dalam Bahasa Jawa berarti awang-awang, langit, dan makna lain nama suatu desa di Magetan, Kalau di Langit Ada Bintang. Langgam Jawa menjadi terkenal oleh Waljinah yang pernah sebagai juara tingkat sekolah SMP di RRI Solo tahun 1958. Keroncong Beat Dimulai oleh Yayasan Tetap Segar pimpinan Rudi Pirngadie, di Jakarta pada tahun 1959 dan bisa mengiringi lagu barat pop mau melangkah lebih bersifat universal. Pada waktu itu Idris Sardi ikut tur ke New York World’s Fair Amerika Serikat dengan biola tahun 1964 dengan maksud mau memperkenalkan lagu pop barat I left my heart in San Fransico, pada waktu itu tahun 1964 lagu ini merupakan salah satu hit di dunia dengan iringan keroncong beat, namun dia kena denda melanggar hak cipta akibat tanpa izin. Dengan Keroncong Beat maka berbagai lagu bukan dengan rangkaian harmoni keroncong, termsuk kunci Minor dapat dinyanyikan seperti La Paloma, Monalisa, Widuri, Mawar Berduri, dll. Campur Sari Di Gunung Kidul DI Yogyakarta pada tahun 1968 Manthous memperkenalkan gabungan alat gamelan dan musik keroncong, yang kemudian dikenal sebagai Campursari. Kini daerah Solo, Sragen, Ngawi, dan sekitarnya, terkenal sebagai pusat para artis musik campursari. Keroncong Koes-Plus Koes Plus dikenal sebagai perintis musik rock di Indonesia, pada sekitar tahun 1974 juga berjasa dalam musik keroncong yang rock. Keroncong Pertemuan adalah Keroncong Koes Plus dengan struktur bentuk campuran dalam bahasa Belanda disebut Meng-vorm atau Inggris Combine form antara Stambul II dan langgam Keroncong. Keroncong Dangdut Congdut Keroncong dangdut Congdut adalah jawaban atas derasnya pengaruh musik dangdut dalam musik populer di Indonesia sejak 1980-an. Seiring dengan menguatnya campur sari di pentas musik populer etnis Jawa, sejumlah musisi, konon dimulai dari Surakarta, memasukkan unsur beat dangdut ke dalam lagu-lagu langgam Jawa klasik maupun baru. Didi Kempot adalah tokoh utama gerakan pembaruan ini. Lagu-lagu yang terkenal antara lain Stasiun Balapan, Sewu Kuto. Masa Kejayaan Musik Keroncong. Pada Masa Keroncong Modern adalah Masa Kejayaan Musik Keroncong, di mana terdengar di mana-mana musik Langgam Jawa, Keroncong Beat, Campursari, koes Plus dan terakhir dengan Congdut dari Didi Kempot, hingga ke Suriname dan Belanda 2004-2008. Rupa-rupanya ini merupakan puncak kejayaan Musik Keroncong, sehingga Gesang khawatir bahwa Keroncong Akan Mati 2008, ucapan beliau sebelum wafat. Masa keroncong millenium 2000-kini Walaupun musik keroncong di era millenium tahun 2000-an belum menjadi bagian dari industri musik pop Indonesia, tetapi beberapa pihak masih mengapresiasi musik keroncong. Kelompok musik Keroncong Merah Putih[7], kelompok keroncong berbasis Bandung masih cukup aktif melakukan pertunjukan. Selain itu, Bondan Prakoso dan grupnya Bondan Prakoso & Fade 2 Black, menciptakan komposisi berjudul “Keroncong Protol” yang berhasil memadukan musik gaya rap dengan musik latar belakang irama keroncong. Pada tahun 2008 Solo International Keroncong Festival, Harmony Chinese Music Group membuat suasana lain dengan memasukan unsur alat musik tradisional Tionghoa dan menamainya sebagai Keroncong Mandarin [8]. Tokoh keroncong Salah satu tokoh Indonesia yang memiliki kontribusi cukup besar dalam membesarkan musik keroncong adalah bapak Gesang. Lelaki asal kota Surakarta Solo ini bahkan mendapatkan santunan setiap tahun dari pemerintah Jepang karena berhasil memperkenalkan musik keroncong di sana. Salah satu lagunya yang paling terkenal adalahlaguBengawan Solo. Lantaran pengabdiannya itulah, oleh Gesang dijuluki “Buaya Keroncong” oleh insan keroncong Indonesia, sebutan untuk pakar musik keroncong. Gesang menyebut irama keroncong pada MASA STAMBUL 1880-1920, yang berkembang di Jakarta Tugu , Kemayoran, dan Gambir sebagai Keroncong Cepat; sedangkan setelah pusat perkembangan pindah ke Solo MASA KERONCONG ABADI 1920-1960 iramanya menjadi lebih lambat. Asal muasal sebutan “Buaya Keroncong” untuk Gesang berkisar pada lagu ciptaannya, “Bengawan Solo”. Bengawan Solo adalah nama sungai yang berada di wilayah Surakarta. Seperti diketahui, buaya memiliki habitat di rawa dan sungai. Reptil terbesar itu di habitanya nyaris tak terkalahkan, karena menjadi pemangsa yang ganas. Pengandaian semacam itulah yang mendasari mengapa Gesang disebut sebagai “Buaya Keroncong”. Di sisi lain nama Anjar Any Solo, pencipta Langgam Jawa lebih dari 2000 lagu yang meninggal tahun 2008 juga mempunyai andil dalam keroncong untuk Langgam Jawa beserta Waljinah Solo, sedangkan R. Pirngadie Jakarta untuk Keroncong Beat, Manthous Gunung Kidul, Yogyakarta untuk Campursari dan Koes Plus Solo/Jakarta untuk Keroncong Rock, serta Didi Kempot Ngawi untuk Congdut. This entry was posted on Maret 19, 2013 at 718 am and is filed under Uncategorized. You can follow any responses to this entry through the RSS feed. You can leave a response, or trackback from your own site.